BOOKING TIKET PESAWAT

Israel mengharuskan perempuan berusia 18 tahun untuk mengikuti wajib militer

Israel mengharuskan perempuan berusia 18 tahun untuk mengikuti wajib militer. Info sangat penting tentang Israel mengharuskan perempuan berusia 18 tahun untuk mengikuti wajib militer. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Israel mengharuskan perempuan berusia 18 tahun untuk mengikuti wajib militer

Tetapi, Eden Abergil, tentara perempuan di foto itu yang kini tidak aktif di militer, justru mengatakan tidak mengerti apa yang salah dari foto yang digambarkan sebagai 'buruk dan tidak berperasaan' oleh IDF. Israel memang mengharuskan perempuan yang berusia 18 tahun untuk selama dua tahun mengikuti wajib militer. Pengalaman itu bisa menjadi sangat tidak manusiawi bagi sepuluh persen dari mereka yang bertugas di wilayah pendudukan Israel. Contohnya Michelzon. "Saya meninggalkan militer sambil membawa bom yang terus berdetak di perut saya. Saya merasa telah melihat halaman belakang Israel. Saya melihat sesuatu yang tidak pernah dibicarakan orang, Itu hampir seperti saya telah mengetahui rahasia yang kotor dari sebuah negara dan saya harus membukanya," tegas Michelzon. Michelzon yang kini berusia 29 tahun mulai menjalani wajin militer pada September 2000, tepat ketika intifada kedua pecah. Digitalizer. Fashion Online. "Saya bergabung dengan militer dengan pandangan yang idealis, saya sangat ingin berbakti untuk negara saya," Michelzon berkisah. Ia ditempatkan di Erez, daerah perlintasan Israel dengan Jalur Gaza, di dalam ruangan kendali radio. "Sangat banyak ketegangan, banyak tembakan, dan bom bunuh diri. Sedikit demi sedikit saya memahami aturan main, Anda harus membuat orang Arab susah, itu adalah tugas utama, karena mereka adalah musuh," Michelzon meneruskan kisahnya. Michelzon lalu bercerita tentang contoh kegiatan rutin di pos tempatnya berjaga, tentang seorang perempuan Palestina yang ingin menyebrang. Michelzon lalu melapor pada atasannya, meminta izin untuk membiarkan perempuan itu melintas. Alih-alih memberi izin, atasannya malah menyuruhnya membuat perempuan itu menunggu selama berjam-jam. "Saya merasa kesepian dalam angkatan bersenjata. Saya tidak bisa berbicara tentang hal-hal yang saya pikir salah. Saya tidak memiliki pandangan yang kuat tetapi saya tidak merasa nyaman tentang pembicaraan itu, tentang tentara yang memukul orang Arab dan tertawa. Saya kira semua orang normal dan hanya saya yang tidak. Saya merasa asing," Michelzon berbicara getir. Memasuki Juni 2002, di akhir masa tugasnya, Michelzon mengatakan ia merasa ingin lari dan kabur ke India. "Saya mengatasi masa-masa berat sedikit demi sedikit," ia kembali bertutur. Ketika kembali melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, ia harus menjalani terapi selama dua tahun, masa ketika ia mulai berpikir untuk membuka semuanya. Ia juga bergabung ke 'Breaking the Silence', sebuah organisasi beranggotakan mantan tentara yang mempublikasikan berbagai pengakuan dari mantan tentara tentang kehidupan di wilayah pendudukan untuk mendorong perdebatan tentang 'harga moral' dari pendudukan itu. Michelzon memberikan bukti kepada kelompok itu dan dua tahun lalu bukti itu muncul dalam sebuah tayangan dokumenter berjudul, 'To See If I'm Smiling'.Film itu menceritakan pengalaman seorang perempuan muda yang bertugas di militer. Film itu kemudian dikritik oleh banyak pihak. Kelompok 'kiri' fokus pada "hal-hal buruk yang kita lakukan dan bukan pada fakta bahwa kita ingin sebuah diskusi. Kami ingin menempatkan sebuah cermin dan mengatakan kepada publik Israel untuk menatap mata mereka sendiri. Mereka dari kelompok 'kanan' malah mengatakan, 'mengapa Anda melakukan ini pada rakyat Anda sendiri? Apakah Anda membenci Negara Anda sendiri? Tetapi saya melakukannya karena saya mencintai negara saya. Kami harus berjuang untuk mengatakan kami ingin berbicara tentang situasi politik," ucap Michelzon. Sementara itu dampaknya psikologis pada para perempuan yang mengikuti wajib militer tidak terelakkan terutama mereka yang bertugas di kawasan pendudukan. "Jika Anda ingin bertahan sebagai perempuan di angkatan bersenjata, Anda harus menjadi 'kelaki-lakian'. Tidak ada ruang untuk perasaan. Itu seperti persaingan untuk melihat siapa yang paling tangguh. Pada banyak kesempatan perempuan sering berusaha lebih agresif dari laki-laki," ungkap Michelzon.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger